CONTOH KASUS KODE ETIK
Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan nama Toshiba,
produknya telah banyak menghiasi sudut rumah kita . Toshiba Corporation
merupakan perusahaan elektronik asal Jepang dengan reputasi yang sangat baik
awalnya. Dikenal sebagai perusahaan dengan laju inovasinya yang terdepan serta
banyak mewarnai referensi buku bisnis dengan berbagai prestasinya. Toshiba
dikenal untuk produk televisi dan elektronik, termasuk komputer dan pemutar
DVD. Perusahaan Toshiba tercatat memiliki lebih dari 200.000 karyawan di
seluruh dunia.
Namun reputasinya kini hancur dikarenakan perilaku etika
yang tidak baik yang dilakukan oleh CEO dan Presiden Toshiba Corp yaitu Hisao
Tanaka, karena pangkat yang tinggi dan mempunyai kewenangan atas data yang
diberikan untuk dilaporkan, Hisao Tanaka menyalah gunakan data tersebut untuk
mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dikarenakan target yang tidak tercapai.
Toshiba telah membesar-besarkan laba operasionalnya sebesar 151,8 miliar yen
atau setara dengan US$1,22 miliar selama beberapa tahun, atau tiga kali lipat
dari perkiraan awal Toshiba.
Sejak laporan audit penginvestigasian resmi dirilis dua
bulan setelah komite yang diketuai Koichi Ueda dan beranggotakan beberapa pakar
akuntansi Jepang menginvestigasi Toshiba dan sampai pada kesimpulan telah
terjadi penyimpangan. Pada 21 Juli 2015, delapan dari 16 petinggi Toshiba yang
terlibat skandal akuntansi resmi mengundurkan diri. Termasuk diantaranya
Presiden Direktur Hisao Tanaka, Wakil Presdir Norio Sasaki dan Chief Executive
Atsutoshi Nishida.
ANALISIS KASUS
Dalam setiap profesi pasti memiliki aturan atau pedoman
yang harus di patuhi. Pada kasus ini para pihak yang bersalah mungkin belum
terlalu mengenal etika bisnis yang baik jadi mereka belum paham dengan aturan
dan pedoman yang telah ditetapkan, sehingga apa yang dilakukan mereka
menurutnya hanyalah hal biasa dan tidak adanya ketegasan aturan, maka banyak
orang yang melakukan terus menurus kesalahan pada kasus ini. Seharusnya Hisao
Tanaka dan pihak yang terkait dalam kasus ini juga menahan diri untuk melakukan
hal tersebut dan mencari cara lain untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi
agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini dapat dihindari. Memang
pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting namun menghalalkan
segala cara adalah hal yang salah dan akibat dari itu semua sangatlah fatal.
Kurangnya pengembangan tanggung jawab sosial juga menjadi salah satu alasan
mengapa mereka melakukan hal tersebut. Para pihak yang terkait dalam
penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab sosialnya yang
telah diberikan masyarakat kepada perusahaan Toshiba karena hanya mementingkan
dirinya pribadi sehingga berani melakukan penyimpangan pencatatan keuntungan
pada perusahaan. Dalam hal ini Hasao Tanaka tidak memikirkan karir yang
dimiliki toshiba selama 140 tahun yang dipercayai banyak masyarakat bahkan
karir untuk dirinya sendiri pun tidak dipikirkan bagaimana kedepannya, mereka
hanya melihat masalah sekarang yang terpenting terselesaikan walaupun dengan
cara yang salah.