Senin, 13 November 2017

Contoh kasus pelanggaran etika akuntansi

CONTOH KASUS KODE ETIK
Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan nama Toshiba, produknya telah banyak menghiasi sudut rumah kita . Toshiba Corporation merupakan perusahaan elektronik asal Jepang dengan reputasi yang sangat baik awalnya. Dikenal sebagai perusahaan dengan laju inovasinya yang terdepan serta banyak mewarnai referensi buku bisnis dengan berbagai prestasinya. Toshiba dikenal untuk produk televisi dan elektronik, termasuk komputer dan pemutar DVD. Perusahaan Toshiba tercatat memiliki lebih dari 200.000 karyawan di seluruh dunia.
Namun reputasinya kini hancur dikarenakan perilaku etika yang tidak baik yang dilakukan oleh CEO dan Presiden Toshiba Corp yaitu Hisao Tanaka, karena pangkat yang tinggi dan mempunyai kewenangan atas data yang diberikan untuk dilaporkan, Hisao Tanaka menyalah gunakan data tersebut untuk mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dikarenakan target yang tidak tercapai. Toshiba telah membesar-besarkan laba operasionalnya sebesar 151,8 miliar yen atau setara dengan US$1,22 miliar selama beberapa tahun, atau tiga kali lipat dari perkiraan awal Toshiba.
Sejak laporan audit penginvestigasian resmi dirilis dua bulan setelah komite yang diketuai Koichi Ueda dan beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang menginvestigasi Toshiba dan sampai pada kesimpulan telah terjadi penyimpangan. Pada 21 Juli 2015, delapan dari 16 petinggi Toshiba yang terlibat skandal akuntansi resmi mengundurkan diri. Termasuk diantaranya Presiden Direktur Hisao Tanaka, Wakil Presdir Norio Sasaki dan Chief Executive Atsutoshi Nishida.
ANALISIS KASUS
Dalam setiap profesi pasti memiliki aturan atau pedoman yang harus di patuhi. Pada kasus ini para pihak yang bersalah mungkin belum terlalu mengenal etika bisnis yang baik jadi mereka belum paham dengan aturan dan pedoman yang telah ditetapkan, sehingga apa yang dilakukan mereka menurutnya hanyalah hal biasa dan tidak adanya ketegasan aturan, maka banyak orang yang melakukan terus menurus kesalahan pada kasus ini. Seharusnya Hisao Tanaka dan pihak yang terkait dalam kasus ini juga menahan diri untuk melakukan hal tersebut dan mencari cara lain untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini dapat dihindari. Memang pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting namun menghalalkan segala cara adalah hal yang salah dan akibat dari itu semua sangatlah fatal. Kurangnya pengembangan tanggung jawab sosial juga menjadi salah satu alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Para pihak yang terkait dalam penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab sosialnya yang telah diberikan masyarakat kepada perusahaan Toshiba karena hanya mementingkan dirinya pribadi sehingga berani melakukan penyimpangan pencatatan keuntungan pada perusahaan. Dalam hal ini Hasao Tanaka tidak memikirkan karir yang dimiliki toshiba selama 140 tahun yang dipercayai banyak masyarakat bahkan karir untuk dirinya sendiri pun tidak dipikirkan bagaimana kedepannya, mereka hanya melihat masalah sekarang yang terpenting terselesaikan walaupun dengan cara yang salah.